Selasa, 22 Mei 2012

Filsafat Pendidikan Islam

 PENDIDIKAN ISLAM ADALAH SEBAGAI SUATU SISTEM


A.    PENDAHULUAN
Pendidikan adalah sebuah proses yang sangat panjang demi menuju tercapainya tujuan pendidikan. Bukan aktivitas spontan, yang sekali terjadi. Sebagai sebuah proses, maka pendidikan pada dasarnya adalah rangkaian aktivitas terperogram, terarah, dan berkesinambungan.  Dengan demikian pendidikan bukanlah suatu proses yang yang asal-asalan yang tanpa perencanaan dan tanpa perorganisasian.
Bila pendidikan merupakan suatu aktivitas, tentu ada banyak komponen yang menopang setiap aktivitas tersebut. Komponen tersebut saling bergantung, saling berhubungan, dan saling menentukan. Corak suatu sistem pendidikan tampaknya dipengaruhi oleh cara pandang dari setiap masyarakat, kelompok, atau bangsa masing-masing. Cara pandang ini erat kaitannya dengan latar belakang filsafat dan pandangan hidup mereka. Sebab bagaimanapun pandangan hidup ini mencerminkan jati diri yang harus dipertahankan serta
dikembangkan dan selanjutnya diwariskan kepada generasi muda masyarakat bersangkutan. Dari pendapat itu dapat dikatakan, jika pendidikan Islam sebagai suatu sistem yang memiliki komponen, maka corak  sistem pendidikan Islam tentulah mengacu kepada sumber ajaran Islam itu sendiri, yaitu Al- Qur’an dan Hadits. Atas dasar itulah, biasanya dirumuskan landasan dasar pendidikan islam, konsep serta sistem pendidikan Islam yang dikehendaki.
Mengacu kepada penjelasan di atas, maka makalah ini mencoba membahas tentang sistem pendidikan menurut konsep Islam, yang mana di dalam sistem tersebut terdapat beberapa komponen-komponen penting guna memperlancar proses serta tercapainya tujuan dari pendidikan Islam.


B.    RUMUSAN MASALAH

1.    Apa Pendidikan dalam konsep Islam
2.    Pendidikan Islam sebagai suatu Sistem
3.    Apa saja Komponen dalam pendidikan


C.    PEMBAHASAN
1.    Pendidikan dalam Konsep Islam

Berdasarkan definisinya, Rupert C. Lodge dalam  philosophy of education menyatakan bahwa dalam pengertian yang luas pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman. Sehingga dengan kata lain, kehidupan adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan itu. Sedangkan Joe Pack merumuskan pendidikan sebagai “the art or process of imparting or acquiring knomledge and habit through instructional as study”. Dalam definisi ini tekanan kegiatan pendidikan diletakkan pada pengajaran (instruction), sedangkan segi kepribadian yang dibina adalah aspek kognitif dan kebiasaan. Theodore Meyer Greene mengajukan definisi pendidikan yang sangat umum. Menurutnya pendidikan adalah usaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk suatu kehidupan yang bermakna. Alfred North Whitehead menyusun definisi pendidikan yang menekankan segi ketrampilan menggunakan pengetahuan. 
Untuk itu, pengertian pendidikan secara umum, yang kemudian dihubungkan dengan Islam sebagai suatu sistem keagamaan menimbulkan pengertian-pengertian baru yang secara implisit menjelaskan karakteristik-karakteristik yang dimilikinya. Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya, dalam konteks Islam inheren dalam konotasi istilah tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib yang harus dipahami secara bersama-sama. Ketiga istilah itu mengandung makna yang amat dalam menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan Islam informal, formal, dan nonformal.  Ketiga istilah tersebut mengandung makna memelihara, membesarkan, dan mendidik yang kedalamnya sudah termasuk makna mengajar. Tarbiyat diartikan sebagai proses bimbingan terhadap potensi manusia, ta’dib berorientasi kepada adab dan variatifnya, sedangkan ta’lim berasal dari kata ‘allama yang condong berorientasi kepada pengajaran pengertian, pengetahuan, dan pemahaman. Istilah- istilah di atas semuanya merujuk kepada sumber Al- Qur’an dan Hadits. 
Qodri Azizy menyebutkan batasan tentang definisi pendidikan agama Islam dalam dua hal, yaitu a) mendidik peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam, b) mendidik peserta didik untuk mempelajari materi ajaran Islam. Sehingga pengertian pendidikan agama Islam merupakan usaha secara sadar dalam memberikan bimbingan kepada anak didik untuk berperilaku sesuai dengan ajaran Islam dan memberikan pelajaran dengan materi-materi tentang pengetahuan Islam.
Dari pemaparan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa pendidikan Islam berarti usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara sesuai dengan ajaran Islam dengan cara bimbingan, pengarahan, pengasuhan, pelatihan, pengarahan, dan pengajaran. Rumusan ini sesuai dengan pendapat Endang Saefudin Anshari yang dikutip Azra bahwa pendidikan Islam adalah proses bimbingan oleh pendidik terhadap perkembangan fisik dan psikis siswa dengan bahan-bahan materi tertentu dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu sesuai dengan ajaran Islam.

2.    Pendidikan Islam sebagai suatu sistem
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani sistem” yang artinya suatu keseluruhan yang tersusun dari banyak bagian whole compounded of several parts (Tatang Amirin, 1886: 11). Di antara bagian-bagian itu terdapat hubungan yang berlangsung secara teratur. Definisi sistem yang lain dikemukakan Anas Sudjana yang mengutip pendapat Johnson, Kost dan Rosenzweg sebagai berikut “Suatu sistem adalah suatu kebulatan/ keseluruhan yang kompleks atau terorganisir, suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan /keseluruhan yang kompleks”.  Sistem juga dikatakan sebagai kumpulan berbagai komponen yang masing- masing saling terkait, tergantung, dan saling menentukan.
Dengan kata lain sistem dapat kita simpulkan suatu kumpulan yang secara keseluruhan yang bersifat kompleks dan terorganisir yang di dalamnya terdapat himpunan komponen yang saling berkaitan secara bersama-sama dan berfungsi untuk mencapai tujuan sistem.
Jika dikaitkan dengan pendidikan, sistem pendidikan mempunyai makna satu rangkaian pemikiran dalam bidang pendidikan yang terorganisasi atau sistem pendidikan dapat disebut juga sebagai sekelompok dari unsur-unsur pendidikan yang saling berkaitan dan bekerja bersama-sama. Unsur-unsur pendidikan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: asas pendidikan, tujuan pendidikan, materi pendidikan, subjek pendidikan, objek pendidikan, metode pendidikan, media pendidikan, evaluasi pendidikan, dan lingkungan pendidikan. Untuk menjalankan sistem pendidikan yang baik dan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan maka unsur-unsur pendidikan yang tersebut di atas haru dapat saling berkaitan dan bekerja bersama. 
Berikut ini gambar sistem pendidikan :
INSTRUMENTAL  INPUT

RAW INPUT
PROSES
OUTPUT
ENVIRONMENTAL INPUT

Gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sistem baru merupakan masukan mentah (row input) yang akan diperoses menjadi tamatan (output). Guru dan tenaga nonguru, administrasi sekolah, kurikulum, anggaran pendidikan, prasarana dan prasarana merupakan instrumental input yang memungkinkan dilaksanakannya pemerosesan mentah menjadi tamatan. Corak budaya dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar, kependudukan, politik dan keamanan negara merupakan lingkungan atau masukan lingkungan environmental input yang secara lansung atau tidak lansung berpengaruh terhadap berperannya masukan instrumental dalam pemprosesan masukan mentah.
Dari penjelasan melalui gambar di atas, dapat diketahui bahwa komponen pendidikan yang paling utama terletak pada proses, komponen proses yang dimaksud berupa instrumental input dan environmental input, keduanya merupakan penentu apakah tujuan dari suartu sistem akan tercapai atau tidak. Kalau begitu sistem pendidikan dapat diartikan sebagai suatu himpunan dari objek-objek yang di satukan  oleh beberapa bentuk interaksi yang teratur atau saling bergantungan. Suatu kesatuan atau penyatuan menjadi keseluruhan sebagai sistem itu sendiri. Dalam cakupan pengertian sistem pendidikan termuat adanya berbagai komponen (unsur), berbagai kegiatan (menunjuk fungsi dari setiap komponen), adanya saling hubungan serta ketergantungan antar komponen, adanya keterpaduan antar komponen, adanya keluasan sistem (ada kawasan di dalam sistem dan di luar sistem), dan gerak dinamis semua fungsi dari semua kompo¬nen tersebut mengarah atau berorientasi ke pencapaian tuju¬an sistem yang telah ditetapkan lebih dahulu.
Selanjutnya Ramayulis membagi sistem pendikan menjadi empat unsur yaitu:
•    Kegiatan pendidikan yang meliputi: pendidikan diri sendiri, lingkungan, dan pendidikan oleh seorang kepada orang lain.
•    Binaan pendidikan, mencakup: jasmani, akal, dan qalbu.
•    Tempat pendidikan, mencakup: rumah tangga, sekolah, dan masyarakat.
•    Komponen pendidikan, mencakup: dasar, tujuan, materi, metode, media, evaluasi, Administrasi biasa, dana, dan sebagainya. 

3. Komponen Pendidikan
Ada banyak pendapat tentang apa saja yang termasuk dalam komponen sistem pendidikan, tetapi secara garis besar hal tersbut tidak ada perbedaan, seperti Jalaluddin berpendapat secara garis besar komponen-komponen yang termuat dalam sistem pendidikan mencakup dasar, metode, bahan, alat, pendidik, peserta didik, evaluasi, dan tujuan pendidikan. Sedangkan menurut Hasan Langgulung  sesungguhnya tujuan pendidikan, materi pendidikan, metode mengajar, dan evaluasi termasuk kedalam komponen kurikulum. Dengan kata lain komponen kurikulum dalam sistem pendidikan sudah mencakup beberapa hal yang tersebut di atas.
Perhatian pada proses terjadinya pendidikan mengarahkan pada pemikiran tentang komponen-komponen pendidikan islam itu sendiri. Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang meiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut. Maka untuk menghasilkan output dari sistem pendidikan yang bermutu, hal yang paling penting adalah bagaimana membuat semua komponen yang dimaksud berjalan dengan baik.
Dari beberapa pendapat yang telah disebutkan sebelumnya, maka dirumuskan beberapa komponen-komponen dalam sistem pendidikan Islam, yaitu :
1)    tujuan pendidikan Islam
Salah satu aspek penting dan mendasar dalam pendidikan adalah aspek tujuan. Merumuskan tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak dalam mendefiniskan pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu serta dengan pertimbangan prinsip prinsip dasarnya. Hal tersebut disebabkan pendidikan adalah upaya yang paling utama, bahkan satu satunya untuk membentuk manusia menurut apa yang dikehendakinya. Karena itu menurut para ahli pendidikan, tujuan pendidikan pada hakekatnya merupakan rumusan-rumusan dari berbagai harapan ataupun keinginan manusia.
Sebagai salah satu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi yang sangat penting di antara komponen-komponen lainnya. Dapa dikatakan bahwa segenap komponen dari seluruh  kegiatan pendidikan dilakukan semata-mata ditujukan untuk pencapaian tujuan tersebut.   Tujuan pendidikan  berfungsi sebagai arah yang ingin dituju dalam aktivitas pendidikan. Dengan adanya tujuan yang jelas, maka komponen-komponen pendidikan yang lain serta aktivitasnya senantiasa berpedoman kepada tujuan, sehingga efektivitas proses pendidikannya selalu diukur apakah dapat dan dalam rangka mencapai tujuan atau tidak. Dalam praktek pendidikan, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat luas, banyak tujuan pendidikan yang diinginkan oleh pendidik agar dapat dicapai oleh siswa.
Dalam perspektif Islam, sebagaimana yang dikemukakan oleh Yusuf Amir Faisal, tujuan pendidikan Islam pada hakekatnya sama dengan tujuan diturunkannya agama Islam yaitu untuk membentuk manusia yang bertakwa (muttaqin).
Fadlil Al-Jamaly merumuskan tujuan pendidikan islam yang lebih rinci, yang dikutip oleh (Abd. Halim, 2002: 18)  sebagai berikut:
    Mengenalkan manusia akan peranannya diantara sesama mahluk dan tanggungjawab pribadinya di dalam hidup ini.
    Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggungjawabnya dalam tata hidup bermasyarakat.
    Mengenalkan manusia akan alam dan mengajar mereka untuk mengetahui hikmah diciptakannya serta memberikan kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat dari alam tersebut.
    Mengenalkan manusia akan pencipta alam ini (Allah) dan memerintahkan beribadah kepadanya.

2)    pendidik
Dari segi bahasa, pendidik atau guru, sebagaimana dijelaskan oleh WJS. Poerwodarminto adalah “orang yang mendidik.” Pengertian ini memberi kesan, bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan mendidik. Dalam bahasa Inggris dijumpai beberapa kata yang berdekatan artinya dengan pendidik. Seperti teacher yang diartikan dengan guru atau pengajar dan tutor yang berarti guru pribadi, atau guru yang mengajar di rumah. Dalam bahasa Arab dijumpai kata Ustadz yang berarti teacher guru atau professor gelar akademik  guru besar, mudaris yang berarti teacher guru atau instructor pelatih dan lecturer dosen, mu’alim yang juga berarti guru, atau instructor pelatih, serta trainer pemandu, dan juga kata mu’addib yang berarti educator pendidik.
Menurut H.A. Ametembun, guru adalah semua orang yang berwewenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik disekolah maupun diluar sekolah. Pendidik sering pula disebut dengan guru, istilah guru sebagaimana dijelaskan oleh Hadari Nawawi, adalah “orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah / kelas.” Secara khusus ia mengatakan bahwa “guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing. Guru dalam pengertian tersebut, menurutnya bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa untuk menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa.  (Akmal Hawi, 2004: 13).
Dalam konteks Pendidikan Islam, pendidik disebut dengan murobbi, muallim, dan muaddib. Kata murobbi berasal dari kata rabba yurobbi. Kata muallim isim fail dari allama yuallimu sebagaimana ditemukan dalam al Qur’an (QS 2 : 31). Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa guru dalam melaksanakan pendidikan baik dilingkungan formal dan non formal dituntut untuk mendidik dan mengajar. Mengajar biasanya  lebih cenderung mengajar anak mejadi orang yang pandai tentang ilmu pengetahuan saja tetapi jiwa dan watak anak tidak dibangun dan di bina, sehingga disini mendidiklah yang berperan untuk membentuk jiwa dan atak anak didik dengan kata lain mendidik adalah kegiatan transfer of values, memindahkan sejumlah nilai kepada anak didik. Ada banyak pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ‘ulama mengenai kreteria seorang pendidik menurut konsep pendidikan Islam, namun demikian semuanya berdasarkan sumber ajaran Islam itu sendiri yaitu Al- Qur’an dan Al- Hadits. Di antara kreteria-kreteria tersebut adalah bertakwa kepada Allah SWT, Ikhlas, berilmu, mempunyai kepribadian yang baik (santun, lemah lembut, pemurah, jujur, sabar, pemaaf, dll), tanggungjawab, mengamalkan syari’at islam dan sunnah Nabi ketika mengajar, memiliki sifat  Rabbani, kreatif, adil, zuhud, bersih dll. 

3)    peserta didik
Peserta didik merupakan salah satu komponen dalam sistem pendidikan Islam. Peserta didik merupakan bahan mentah dalam proses transformasi pendidikan. Secara formal mereka adalah orang yang sedang berada di fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis. Dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan yang masih berjalan, maka peserta didik dianggap belum dewasa sehingga membutuhkan bimbingan orang lain untuk menjadikannya dewasa. Sebab pendewasaan merupakan tujuan dari pendidikan.
Ada beberapa ciri khas peserta didik yang harus dipahami oleh pendidik yaitu:
    Individu yang memiliki potendi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.
    Individu yang sedang berkembang.
    Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
    Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
Dalam pendidikan Islam, untuk mengetahui hakikat peserta didik, tidak lepas dari hubungannya dengan pembahasan tentang hakikat manusia. Sebagai mahluk ciptaan manusia memiliki bentuk yang lebih baik, lebih indah, dan lebih sempurna dibandingkan makhluk ciptaan lainnya.  Lebih lanjut Jalaluddin mejelaskan beberapa potensi peserta didik yang harus dikembangkan secara berimbang. Adapun potensi yang dimiliki peserta didik yang menggunakan pendekatan konsep tentang manusia ada tiga yaitu Al- Insan, An- Nas, dan Al- Basyar. Konsep tersebut merupakan bagian dari informasi wahyu yang termaktub dalam Al- Qur’an.  Pengembangan potensi tersebut dapat dilakukan dengan kegiatan belajar, yaitu melalui institusi-institusi, baik di sekolah, keluarga, masyarakat, maupun melalui institusi sosial yang ada di masyarakat. Upaya pengembangan potensi juga dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal maupun non-formal.

4)     kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang berarti pelari dan curere yang berarti tempt berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. Dalam bahasa Arab, kata kurikulum bisa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan arti manhaj atau kurikulum dalam pendidikan Islam adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan guna mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. Ada banyak definisi yang dikemukakan tentang pengertian kurikulum yang diberikan oleh ahli, tetepi menurut Jalaluddin secara garis besar dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan. Bila dikaitkan dengan pendidikan Islam, maka kurikulum berisi muatan kegiatan untuk pendidikan seumur hidup, sejalan dengan pernyataan Nabi Muhammad SAW “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat”.
Kurikulum pendidikan  islam merupakan salah satu komponen  yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan. Karena itu kurikulum merupakan alat untuk  mencapai tujuan pendidikan islam dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat Pendidikan.
Mengingat bahwa fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka hal ini berarti bahwa sebagai alat pendidikan, kurikulum memiliki bagian-bagian penting dan penunjang yang dapat mendukung operasinya dengan baik. Kurikulum mempunyai beberapa komponen yaitu tujuan apa yang akan dicapai, setelah mengetahui tujuan, tentu apa materi yang akan diajarkan supaya tujuan itu tercapai, selanjutnya kurikulum membahas bagaimana cara penyampaian materi atau data-data, sedangkan yang terakhir di dalamnya memuat bagaimana cara menilai bahwa tujuan sudah tercapai atau belum.
Kurikulum yang baik dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan islam adalah yang bersifat integrated dan komprehensif serta menjadikan Al-Qur’an dan hadits sebagai sumber utama dalam penyusunannya. Al-Qur’an dan Hadits merupakan sumber utama Pendidikan islam berisi kerangka dasar yang dapat dijadikan sebagai acuan operasional penyusunan dan pengembangan kurikulum pendidikan Islam.




D.    KESIMPULAN

Pendidikan merupakan  serangkaian  aktivitas  dari sebuah sistem. Dalam konsep Islam,  pendidikan dikenal  dengan istilah tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib. Sebagai suatu sistem pendidikan islam memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan. Komponen-komponen tersebut adalah dasar, tujuan, pendidik, peserta didik, dan kurikulum pendidikan Islam, fungsinya adalah memastikan tercapainya tujuan pendidikan Islam. Pendidikan Islam sebagai suatu system karena suatu Sistem juga dikatakan sebagai kumpulan berbagai komponen yang masing- masing saling terkait, tergantung, dan saling menentukan. Dengan kata lain sistem dapat kita simpulkan suatu kumpulan yang secara keseluruhan yang bersifat kompleks dan terorganisir yang di dalamnya terdapat himpunan komponen yang saling berkaitan secara bersama-sama dan berfungsi untuk mencapai tujuan sistem. Berikut ini gambar sistem pendidikan :
INSTRUMENTAL  INPUT

RAW INPUT
PROSES
OUTPUT
ENVIRONMENTAL INPUT

E.    PENUTUP

Demikianlah makalah yang kami sampaikan, semoga dapat menjadi bahan bahan kajian yang dapat memberikan sedikit sumbangsih dalam kajian yang kaitannya dengan Pendidikan Islam adalah sebagai suatu system. Kritik serta saran konstruktif  selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan maupun pemaparan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin..



DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumard. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Melenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1999
Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2008
Hawi, Akmal. Kompetensi Guru Pai. Palembang: IAIN Raden Fatah Press. 2004
Jalaluddin. Filsafat Pendidikan Islam: tela’ah sejarah dan pemikirannya. Jakarta: Kalam Mulia. 2011
Ramayulis dan Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2010
Sudjana, Anas. Pengantar Administrasi Pendidikan Sebagai suatu Sistem.Bandung: Rosda Karya. 1997                                                             
Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002                                                  
                                                                                          



              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar